CARITAU JAKARTA – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sedang ditimpa prahara jelang kontestasi Pemilihan Presiden 2024. Salah satu kader andalan mereka, Gibran Rakabuming Raka membelot dengan memilih menjadi Calon Wakil Presiden dari Prabowo Subianto. Pencalonan Gibran memunculkan friksi hebat di tubuh PDIP, salah satunya muncul narasi bahwa Presiden Joko Widodo ada di balik ini semua.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan PDIP kecewa berat karena merasa ditinggalkan oleh Jokowi dan keluarganya. Padahal mereka telah memberikan keistimewaan kepada Jokowi dan keluarga, antara lain mengantarkan Gibran terpilih menjadi Wali Kota Solo dan Bobby Nasution menjadi Wali Kota Medan, juga tentu saja mengantarkan Jokowi menjadi Presiden dua periode.
Baca Juga: Presiden Jokowi Minta Para Capres Tidak Terjebak dalam Debat Personal
"Kami begitu mencintai dan memberikan previlese yang begitu besar kepada Presiden Jokowi dan keluarga. Namun kami ditinggalkan karena masih ada permintaan lain yang berpotensi melanggar pranata kebaikan dan konstitusi," kata Hasto kepada wartawan, Minggu (29/10/2023).
Jokowi sendiri enggan menanggapi PDIP yang merasa kecewa setelah Gibran menjadi Cawapres Prabowo Subianto. Kepada wartawan yang menemuinya saat menghadiri acara kenegaraan di Bali, Selasa (31/10/2023), Jokowi hanya melempar senyum dan menjawab singkat.
“Saya tidak ingin mengomentari,” kata Jokowi.
Aksi tutup mulut Jokowi ini dinilai sebagai strategi politik yang tidak ingin menampakkan dengan jelas ke mana arah dukungannya di Pilpres 2024, apakah ke Prabowo-Gibran atau Ganjar-Mahfud.
Pengamat politik Tamil Selvan mengatakan, meski Jokowi tidak mengumumkan arah dukungan, namun keberadaan Gibran di kubu Prabowo adalah simbol yang sangat nyata bahwa ia mendukung pasangan tersebut.
“Terlepas dari segala intrik, segala tarik menarik persoalan hukum, Gibran itu jelas menjadi simbolisasi Pak Jokowi. Artinya dukungan Jokowi mutlak diberikan kepada Prabowo di Pilpres 2024 nanti,” kata Tamil Selvan kepada Caritau.com, Minggu (29/10/2023).
Dukungan Jokowi, lanjut Tamil, menjadi keuntungan besar bagi Prabowo-Gibran untuk memenangi Pilpres 2024. Mantan Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta itu jelas punya basis massa pendukung dan para relawan yang dikenal setia.
“Maka ini akan menjadi gelombang dukungan yang cukup besar bagi Prabowo, sehingga boleh kita katakan bahwa hari ini secara suara dari ketiga capres, suara Prabowo semakin besar,” imbuh Tamil.
Jika mencermati peta politik saat ini, maka salah satu pertanyaan yang muncul, apakah masih realistis tekad PDIP dan kader-kadernya untuk mencetak hattrick atau kemenangan tiga kali berturut, baik di Pemilu Legislatif dan Pilpres 2024? Memang masih sangat terbuka peluang bagi PDIP untuk menang dalam Pemilu Legislatif 2024, tapi bagaimana dengan Pilpres 2024?
Seruan untuk menang hattrick pada Pemilu 2024 bahkan disampaikan secara langsung oleh Capres Ganjar Pranowo di hadapan ratusan ribu kader PDIP pada acara puncak peringatan Bulan Bung Karno (BBK) yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, pada Sabtu 24 Juni 2023. Saat itu, tentu saja hubungan antara PDIP dengan Jokowi masih baik-baik saja.
Ganjar sebelum menyerukan untuk berjuang mencetak hattrick, dia secara tegas menyebut berbagai prestasi Presiden Jokowi dan meminta para kader PDIP di seluruh Indonesia untuk melanjutkan apa yang telah dicapai Jokowi. Dan menurutnya, hal itu bisa dicapai jika PDIP menang secara hattrick di Pemilu 2024.
"Itu juga bapak ibu yang mesti kita pertahankan, kita lanjutkan. Namun, itu tidak bisa terlaksana kalau kita tidak menang hattrick besok pagi. Bapak ibu, itu tidak akan terwujud kalau kita tidak kompak. Maka pesan Bu Mega pada kita semuanya, agar kita bisa bersatu, kita berdiri seteguh karang yang tetap tegar dalam benturan ombak sekeras apa pun," kata Ganjar di hadapan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri dan Presiden Jokowi yang hadir pada acara itu.
Mayoritas Yakin Jokowi Dukung Prabowo-Gibran
Apa yang dikatakan Tamil Selvan senada dengan hasil survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Jakarta (LSJ) yang menemukan, bahwa mayoritas responden yakin Presiden Jokowi bakal endorsement kepada pasangan Prabowo-Gibran di Pilpres 2024.
“Jadi hasil survei kami menegaskan, sebagian besar publik yakin Presiden Jokowi memberi dukungan kepada Prabowo dan tentu juga Gibran,” kata Fetra dari LSJ dalam keterangannya, Selasa (31/10/2023).
LSJ melakukan survei pada 18-26 Oktober 2023 di 38 provinsi. Populasi yang dipilih adalah seluruh warga negara Indonesia yang minimal berusia 17 tahun atau telah memiliki KTP. Jumlah sampel 1.200 responden, dipilih melalui teknis pengambilan sampel secara acak bertahap (multistage random sampling). Dengan margin of error kurang lebih 2,83% pada tingkat kepercayaan 95%.
Survei yang dilakukan secara nasional itu menunjukkan kepercayaan bakal adanya endorsement Jokowi di Pilpres 2024.
"Jadi mayoritas publik atau 66,5% responden yakin, bahwa dukungan Presiden Jokowi kemungkinan akan diberikan kepada pasangan Prabowo-Gibran. Sementara 4,7% responden mengaku masih bingung atau belum bisa memastikan ke arah mana dukungan Jokowi akan diberikan," kata Fetra.
Ia kemudian mengungkap alasan, mengapa Jokowi mendukung Prabowo-Gibran di pesta demokrasi mendatang. Salah satunya karena Prabowo merupakan menteri yang memiliki prestasi dalam kabinet Presiden Jokowi. Selama menjabat sebagai menteri pertahanan, Prabowo telah melakukan upaya besar memodernisasi alat pertahanan Indonesia.
Ketua Umum Partai Gerindra itu juga sudah bekerja keras untuk mengembangkan dan memperkuat industri pertahanan nasional, mengurangi ketergantungan pada impor senjata, dan menciptakan lapangan kerja dalam sektor pertahanan.
Berkat hal itulah, Prabowo berhasil membawa Indonesia menuju kemandirian pertahanan yang lebih besar dan kemampuan untuk menghadapi berbagai ancaman keamanan. Maka tak heran, Prabowo kerap disebut menteri paling diandalkan dan dipercayai oleh Presiden Jokowi.
"Jokowi ini melihat, bahwa Prabowo sebagai salah satu tokoh menteri kabinet yang memiliki prestasi. Jadi wajar Jokowi memberi endorsement ke Prabowo," pungkas Fetra
Medan pertempuran yang akan menentukan kemenangan di Pilpres 2024 tentu saja ada di Pulau Jawa. Tiga provinsi diketahui menjadi lumbung suara terbesar di Indonesia, yaitu Jawa Barat di posisi pertama, disusul Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Bagi kubu PDIP, Jawa Tengah selalu menjadi andalan untuk meraup suara. Julukan ‘Kandang Banteng’ tentu tidak asal disematkan kepada PDIP.
Pemili pasca reformasi 1998 menunjukkan, PDIP selalu memenangkan Pemilu Legislatif di Jawa Tengah. Dimulai Pemilu 1999, mereka sukses menggusur dominasi Golkar yang kerap menang pemilu di Jawa Tengah saat rezim Orde Baru berkuasa.
Pada pemilu pertama pasca Orde Baru tumbang itu, PDIP berhasil meraup 42,6% suara, disusul oleh PKB di tempat kedua dengan 17,2%. Kemudian pada Pemilu 2004, 2009, 2014, hingga 2019, posisi PDIP sebagai parpol nomor wahid di Jawa Tengah tidak tergoyahkan.
Jika melihat hasil di Pemilu 2019, khususnya di wilayah Jawa Tengah, PDIP berhasil ‘memerahkan’ wilayah di Jepara, Kudus, Kebumen, Kendal, dan Tegal. Sementara di kawasan Cilacap dan Batang, Partai Banteng harus mengakui keunggulan seniornya, yaitu Partai Golkar dan hanya duduk di peringkat kedua.
Beberapa wilayah lain di Jawa Tengah yang juga luput dari penguasaan PDIP, antara lain Banjarnegara yang jadi milik Demokrat, kemudian Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, dan Wonosobo yang dikuasai PKB, serta Rembang yang jatuh ke tangan PPP.
Tak hanya menang di Pemilu Legislatif, pada kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Jawa Tengah pun PDIP digdaya. Tercatat pasangan calon yang diusung PDIP selalu mendominasi kemenangan sejak pertama penyelenggaraan Pilkada langsung pada 2008.
Kemudian pada kontestasi yang lebih tinggi Pilpres, Provinsi Jawa Tengah menjadi salah satu kunci kemenangan Jokowi di Pilpres 2014 dan 2019. Misalnya Pilpres 2014, pasangan Jokowi-Jusuf Kalla menang telak dari lawannya saat itu (Prabowo-Hatta) dengan meraup 66,65% atau 12.959.540 suara. Jumlah tersebut menjadikan Jateng menjadi penyumbang suara terbesar bagi Jokowi-JK.
Popularitas Jokowi di Jawa Tengah semakin tak terbendung pada Pemilu 2019. Berpasangan dengan KH Ma’ruf Amin sebagai petahana, raihan suara mereka lebih tinggi lagi mencapai 77,26% atau 16,7 juta suara dengan kemenangan di seluruh wilayah Jawa Tengah atas lawannya Prabowo-Sandi.
Lagi-lagi Jateng berkontribusi sebagai penyumbang suara terbanyak untuk Jokowi dibandingkan dengan 33 provinsi lainnya.
Maka tak perlu heran dengan bergabungnya Gibran ke kubu Prabowo Subianto, dominasi PDIP di Jateng pada Pilpres 2024 mendatang berpotrensi goyang.
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin mengatakan, meski Jateng merupakan ‘Kandang Banteng’. sosok Gibran berpotensi menggerogoti suara mereka.
“Soal suara di Jateng? Apakah Ganjar-Mahfud bisa mengambilnya? Mungkin. Tapi tidak akan pukul habis walaupun di situ kandang banteng dan Ganjar mantan Gubernur Jateng. Karena di Jateng, paling tidak Solo Raya, suara Gibran tak tertandingi. Lalu di Pekalongan ada Habib Lutfi yang juga ke Prabowo-Gibran. Jadi Jateng tidak akan utuh ke Ganjar-Mahfud. Akan terpecah dan akan diambil juga oleh Prabowo-Gibran,” papar Ujang kepada Caritau.com, Senin (30/10/2028).
Sementara itu di Jawa Timur, posisi Ganjar–Mahfud juga 'terjepit'. Pasangan Anies Baswedan–Muhaimin Iskandar akan jadi lawan berat mereka untuk meraup suara di provinsi ini. Menurut pengamat politik Tamil Selvan, keberadaan Cak Imin jadi kekuatan utama pasangan Anies-Muhaimin untuk merebut kemenangan di Jatim.
“Karena Cak imin adalah ketua umum partai politik yang menaungi umat muslim di salah satu kelompok muslim terbesar di Indonesia, yaitu Nahdlatul Ulama (NU). Jadi kira-kira, kekuatan menggaet massa ada pada Cak Imin dalam konteks menjaring suara dari kaum Nahdliyin,” kata Tamil Selvan.
Meski begitu, pasangan Ganjar-Mahfud bukannya tidak memiliki peluang untuk menang di Jatim. Sosok Mahfud MD yang masih memiliki irisan dengan Nahdliyin, serta dukungan dari putri almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Yenny Wahid, bisa mendongkrak suara mereka di sana.
“Mahfud MD yang hari ini berpasangan dengan Ganjar juga merupakan irisan dari Nahdliyin, artinya tidak mungkin suara itu bakal bulat ditarik oleh Cak Imin,” imbuh dia.
“Lalu kalau kita katakan suara Islam mengkristal kepada Anies dan Muhaimin, saya pernah bilang bahwa persatuan antara Anies dan Cak Imin ini adalah persatuan dua kekuatan kelompok Islam besar. Kekuatan kelompok Islam ‘Amar Maruf Nahi Munkar’ bersatu dengan kekuatan kelompok Islam ‘Rahmatan Lil Aalamin’,” lanjutnya.
Tapi Tamil Selvan mengungkapkan, keunggulan yang dimiliki pasangan Anies-Muhaimin tak otomatis membuat mereka meraup suara besar dari golongan umat muslim di Indonesia atau khususnya di Jawa Timur. Alasannya, kondisi saat ini berbeda dengan Pilkada DKI tahun 2017, di mana ketika itu umat Islam bisa bersatu mendukung Anies karena ada sosok yang disimbolisasi harus dilawan, yaitu Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
“Nah hari ini tidak ada simbol-simbol tegas yang membuat umat Islam itu tergerak untuk melawan pemerintah hari ini. Artinya apa? Dengan kecilnya simbol-simbol itu, maka pergerakan suara umat Islam kepada Anies dan Cak Imin tentu juga akan menurun dan berkurang. Artinya ceruk suara itu tidak bulat akan ke mereka,” ujar Tamil.
Lalu apakah ceruk suara Islam ini tidak bisa jatuh ke Ganjar?
"Tentu bisa. Kita ingat bahwa Ganjar adalah salah satu pemimpin yang berdiri paling depan untuk menolak Israel di Piala Dunia U-20 kemarin. Ini juga menjadi tabungan bagi Ganjar untuk menarik ceruk pemilih islam,” tegas Tamil.(DIMAS ELFARISI / WAHYU PRADITYA.P)
Baca Juga: Diiming Rp500 Juta, Pelaku Penembakan Relawan Prabowo di Sampang Sudah Dipanjer Rp50 Juta
capres cawapres pilpres 2024 cari investigasi prabowo-gibran
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...